Senin, 23 Maret 2009

TB PARU ( PROGRAM PUSKESMAS)

TUBERKULOSIS

PENGERTIAN :

1. Tuberkulosis adalah : penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis )
2. Sebagian besar menyerang paru,tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

BENTUK KUMAN
1. Kuman berbentuk batang,mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan(BTA).
2. Cepat mati bila kena sinar matahari,tetap dapat hidup beberapa jam pada tempat yang lembab.
3. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur dalam beberapa tahun.

CARA PENULARAN
1. Sumber penularan penderita TB BTA Positip.
2. Melalui droplet ( percikan dahak), saat penderita BTA positip batuk atau bersin.
3. Setelah kuman masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan, menyebar melalui sistem peredaran darah,sistem saluran limfe, saluran nafas, atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

RISIKO PENULARAN
1. Di Indonesia masih cukup tinggi rata-rata 1-2 %
2. Daya tahan tubuh yang rendah ; gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS menjadi faktur pencetus tinggi angka kesakitan TB paru.

RIWAYAT TERJADINYA TUBERKULOSIS
1. Infeksi Primer
a. Infeksi terjadi saat sseorg terpapar pertama kali dengan TB.
b. Kuman menetap di alveolus dan kuman membelah diri untuk berkembang pada paru-paru รจ radang paru.
c. Waktu terjadi infeksi 4-6 minggu.
d. Masa inkubasi; mulai terinfeksi sampai terjadi sakit sekitar 6 bulan.
2. Tuberkulosis pasca Primer
a. Terjadi bbrpa bulan/ tahun sesudah infeksi primer==> daya tahan tubuh menurun akibat HIV atau gizi buruk.
b. Ciri khas adalah kerusakan paru yang luas dgn terjadi kavitas atau efusi pluera.

KOMPLIKASI PD PENDERITA TUBERKULOSIS
1. Hemoptasis ( perdarahan pd saluran nafas bawah ) ==> kematian karena syok hipovolemik/ tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiectasis dan fibrosis pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain; otak,tulang, persendian,ginjal.
5. Insufisiensi kardio pulmoner ( cardio pulmonary insufficiency)

PERJALANAN ALAMIAH TB YANG TIDAK DIOBATI

1. Tanpa pengobatan setelah 5 tahun 50 % penderita akan meninggal dan 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang adekuat.
2. Sisanya 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular ( WHO 1996)

DIAGNOSIS PENDERITA TUBERKULOSIS

1. Gejala umum
• Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
2. Gejala lain
• Batuk bercampur darah.
• Batuk darah
• Sesak nafas dan nyeri dada.
• Badan lemah,nafsu makan menurun,BB turun,rasa kurang enak badan (Malaise) keringat malam tanpa kegiatan, demam lebih dari sebulan.

DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
1. Pemeriksaan mikroskopis secara SPS ==> BTA
2. Pemeriksaan dahak SPS, minimal 2 preparat positip.
3. Pemeriksaan photo thorak.

DIAGNOSIS TB PADA ANAK
1. Atas gambaran klinis, foto Rontgent dada dan uji tuberkulin.
2. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB BTA positip.
3. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah imunisasi BCG ( dalam 3-7 hari)
4. Terdapat gejala umum TB.

GEJALA UMUM TB ANAK
1. BB turun dalam 3 bln tanpa sebab yang jelas.
2. Nafsu makan tdk ada (anorexia) dg ggl tum-bang dan BB tdk naik dg adekuat.
3. Demam lama, berulang tanpa sebab yang jelas( bkn tifus,malaria atau Ispa), dapat disertai keringat malam.
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha.
5. Batuk lebih dari 30 hari , nyeri dada.
6. Gejala-gejala saluran cerna; diare berulang yang tidak sembuh dg terapi diare, benjolan di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.





GEJALA SPESIFIK TB

1. TB kulit/skrofuloderma
2. TB tulang dan sendi :
• Tulang punggung ( spondilitis) : gibbus.
• Tulang panggul (koksitis); pincang, pembengkakan di panggul
• Tulang lutut; pincang dan/atau bengkak.
• Tulang kaki dan tangan.
3. TB otak dan saraf
• Miningitis; kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun
4. Gejala Mata
• Conjunvtivitis phlyctenularis.
• Tuberkel koroid ( hanya melihat dg funduskopi).

FOTO RONTGENT DADA PD ANAK
1. Gambaranya sulit, harus hati-hati, bisa overdiagnosis atau underdiagnosis.
2. Paling mungkin adanya infiltrat dg pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
3. Gejala lain dari foto rontgent al:
• Milier ( bintik-bintik yg menyebar)
• Atelektasis/kolaps konsolidasi ( titik pemadatan )
• Kalsifikasi paru ( pengapuran)
• Bronkeiktasis ( bronkus seperti sarang tawon)
• Kavitis

KLASIFIKASI PENYAKIT TB

1. TUBERKULOSIS PARU
• Adalah tuberkulosis yg menyerang jaringan paru,tidak termasuk pleura(selaput Paru)
2. BERDASARKAN PEMERIKSAAN DAHAK
• TB paru BTA positip
• Sekurang-kurangnya 2 dari spesimen dahak SPS hasil BTA Positip
• 1 spesimen dahak SPS positip.dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.
3. TUBERKULOSIS PARU BTA NEGATIF
• Pemeriksaan dahak SPS negatif dan rontgen positip.
• Tingkat keparahan ==> ringan dan berat
• Berat==> bila gambaran RO adanya kerusakan paru yang luas mis;proses “far advenced” atau milier) dan/ keadaan penderita sangat buruk.

4. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU.
• Tb yg menyerang organ tubuh lain selain paru.
• Tb otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dll.
• Tb ekstra paru ringan dan berat
• TB ekstra paru ringan:
• Tb kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unileteral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
• TB ekstra paru berat:
• Miningitis, milier, perikarditis, pleuritis eksudativa duplex, Tb tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

PENGOBATAN TUBERKULOSIS

1. TUJUAN PENGOBATAN
a) Menyembuhkan penderita
b) Pencegah kematian
c) Mencega kekambuhan
d) Menurunkan tingkat kekambuhan.
2. OBAT YANG DIGUNAKAN
a) OAT FDC( Fixed –dose combination ) ==> Tablet yang berisi kombinasi beberapa jenis obat anti tuberkulosis dengan dosis tetap. Minum OAT Sesuai BB penderita.
b) Dulu menggunakan OAT kombipak yang berisi OAT dalam jumlah banyak dalam sekali minum

KEUNTUNGAN PENGGUNANAN OAT FDC
a) Lebih aman dan mudah pemberiannya ==> satu tablet FDC mengandung bbrpa jenis obat, shg dpt dicegah penggunaan obat tunggal ==> resisten
b) Lebih aman utk penderita. ==> menelan obat lebih sedikit.
c) Lebih sesuai antara dosis obat dg BB penderita
d) Pengelolaan obat lebih mudah ==> hanya terdiri dari bbrpa jenis tablet sdh dpt memenuhi semua kebutuhan pengobatan TBC


JENIS TABLET FDC
 Tablet FDC untuk dewasa : 4 FCD ==> 4 macam obat setiap tablet td :
a) 75 mg Isoniasid ( INH )
b) 150 mg Rifampisin
c) 400 mg Pirazinamid
d) 275 mg Etambutol.
e) Obat ini digunakan setiap hari pada tahap intensif dan untuk sisipan.
f) Jlh tablet digunakan sesuai BB penderita.
g) Tablet FDC untuk dewasa : 2 FCD ==> 2 macam obat setiap tabletnya td ;
h) 150 mg Isoniasid
i) 150 mg Rifampisin.
tablet ini digunakan utk pengobatan intermiten 3 kali seminggu pada fase lanjutan. Obat yang di minum sesuai BB penderita.


DASAR PERHITUNGAN PEMBERIAN OBAT
• Dosis sesuai dg BB penderita.
• Lama dan jlh pemberian pd fase pengobatan;
A. Kategore I
 Tahap intensif adalah :
 2 bulan x 4 mgg x 7 hr = 56 dosis.
 Tahap Lanjutan adalah :
 4 bulan x 4 mgg x 3 kali = 48 dosis
B. Kategore II
 Tahap intensif adalah :
 untuk tablet 4 FDC;
3 bulan x 4 mgg x 7 hari = 84 dosis.
 untuk inj.sterptomisin ;
 2 bulan x 4 mgg x 7 hari = 56 dosis
 Tahap Lanjutan adalah :
 5 bulan x 4 mgg x 3 kali = 60 dosis

C. OAT FDC SISIPAN
 Jumlah dosis pemberian :
1 bulan x 4 mgg x 7 hari = 28 Dosis.

D. Kategore anak
 Tahap intensif adalah:
2 bulan x 4 mgg x 7 hari = 56 dosis.
 Tahap lanjutan
4 bulan x 4 mgg x 7 hari = 112 dosis


PANDUAN PEMBERIAN OAT FDC

1. Kategore I diberikan kepada :
– Penderita baru TB paru BTA positip.
– Penderita baru TB paru BTA neg / Rontgen positif ( ringan/ berat )
– Penderita TB Ekstra paru ( ringan/ berat ).

Pemeriksaan dahak hrs tetap dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan program penanggulangan tuberkulosis.









DOSIS OAT KATEGORE 1
Berat Badan Tahap intensif tiap hari selama 56 hari Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC ( 112 tab) 2 tab. 2FDC ( 96 tab)
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC ( 168 tab ) 3 tb.2FDC ( 144 tab)
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC ( 224 tab ) 4 tab 2.FDC ( 192 tab)
≥ 71 kg 5 tablet 4FDC ( 280 tab ) 5 tab. 2FDC ( 240 tab )


2. Kategore II diberikan kepada :
- Penderita TB paru BTA positip kambuh
- Penderita TB Paru BTA positip gagal
- Penderita TB paru berobat setelah lalai yang kembali dg BTA positip.

DOSIS OAT KATEGORE 2
Berat Badan Tahap ainsentif tiap hari Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 20 minggu
SELAMA
56 HARI SELAMA
28 HARI
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC + 500 mgr Streptomisin inj. 2 tab. 4FDC 2 tab. 2FDC + 2 tab Etambutol
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC + 750 mgr 3 tb.4FDC 3 tb.2FDC + 3 tablet Etambutol
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC + 1000 mgr streptomisin inj. 4 tab.4FDC 4 tab 2.FDC + 4 tablet Etambutol
≥ 71 kg 5 tablet 4FDC 1000 mgr streptomisin inj. 5 tab. 4FDC 5 tab. 2FDC + 5 tablet Etambutol


3. OAT Sisipan diberikan kepada :
– Bila pd akhir tahap intensif BTA positip tidak konversi ke BTA negatip
– Pengobatan diberikan selama 28 hari.

4. Kategore anak : 2 (HRZ) / 4 (HR)
diberikan kepada :
– Tb anak berusia 0 - 14 tahun
– Kat. Anak terdiri atas :
• Obat 3 macam dikenal dg 3 FDC (HRZ) tiap tablet mengandung :
30 mg Isoniasid
60 mg Rifampisin
150 mg Pirazinamid

Tablet ini digunakan setiap hari dalam tahap intensif sesuai berat badan penderita.


• Tablet obat 2 macam dikenal 2 FDC (HR ) tiap tablet mengandung :
30 mg Isoniasid ( INH )
600 mg Rifampisin

Tablet ini digunakan u/ pengobatan setiap hari pada tahap lanjutan . Dosis obat sesuai berat badan penderita.

DOSIS OAT KATEGORE ANAK
BERAT BADAN Tahap intensif tiap hari selama 2 bulan Tahap lanjutan tiap hari selama 4 bulan
≤ 7 kg 1 tab 3FDC 1 tab 2 FDC
8 – 9 kg 1,5 tab 3FDC 1,5 tab 2 FDC
10 – 14 kg 2 tab 3 FDC 2 tab 2 FDC
15 – 19 kg 3 tab 3 FDC 3 Tab 2 FDC
20 – 24 kg 4 tab 3 FDC 4 tab 2 FDC
25 – 29 kg 5 tab 3FDC 5 tab 2 FDC



EFEK SAMPING OBAT DAN PENANGANANNYA

1. Diperkirakan sekitar 3-6 % penderita yg diobati dg OAT-FDC dpt mengalami efek samping.
2. Bila diketahui OAT-FDC penyebab efek samping obat distop dan penderita di obati dengan OAT Kombipak tanpa menyertakan obat yg menyebabkan side efek tersebut.
3. Oleh karena itu OAT kombipak, ttp perlu tersedia sebanyak 5 % di gudang farmasi kabupaten/ kota dan propinsi.

EFEK SAMPING RINGAN OAT
EFEK SAMPING PENYEBEB PENANGANAN
Tidak napsu makan Rifampisin Obat diminum sebelum tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakar dikaki INH Beri vit.B6 100 mg perhari
Warna kemerahan pada air seni ( urine ) Rifampisin Tidk perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan pada penderita

EFEK SAMPING BERAT DARI OAT
EFEK SAMPING PENYEBEB PENANGANAN
Gatal dan kemerahan dikulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan OAT
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan ganti Etambutol
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan ganti Etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus hilang
Bingung dan muntah-muntah ( permulaan ikterus krn obat ) Hampir semua obat Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol
Purpura dan rejatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin



DAFTAR PUSTAKA
• Bahan rujukan;Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolusis , cetakan ke 5 tahun 2001
• Petunjuk penggunaan OAT ( Fixed dose combination ) TAHUN 2004

ASKEP ANAK DENGAN KKP

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KKP

I KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM )
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu Kwashiorkor dan marasmus. Diantara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus Kwasiorkor “
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b. Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang.
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.

B. ETIOLOGI
1. Marasmus
a) Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian
b) makanan.
c) Penyakit metabolik
d) Kelaian kongenital
e) Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.

2. Kwashiorkor
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protien
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.



C. PATOFISIOLOGI
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.

2. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.


D. GEJALA KLINIS
1. Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.

2. Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
1. Pada kwashiorkor ;penurunan kadar albumin, kolesteron dan glukosa.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan globulin serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat menigkat.
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA sekretori rendah.

F. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2) 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3) Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4) Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5) Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6) KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7) Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.




II ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN KKP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien:
Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst.

2. Keluhan utama
 Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
 Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan kelihatan kurus dll.

3. Riwayat kesehatan;
a. Riwayat penyakit sekarang
a) Kapan keluhan mulai dirasakan
b) Kejadian sudah berapa lama.
c) Apakah ada penurunan BB
d) Bagaimanan nafsu makan psien
e) Bagaimana pola makannya
f) Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis obatnya.

b. Pola penyakit dahulu
a) Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang

c. Riwayat penyakit keluarga
a) Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.

d. Riwayat penyakit sosial
a) Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
b) Apakah kebutuhan pasien tepenuhi.
c) Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien
d) Bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga.
e. Riwayat spiritual
a) Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.

B. PENGKAJIAN FISIK.
1. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi pasien meliputi :
b) Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
c) Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka seperti bulan.
d) Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam, tampak siannosis, perut membuncit.
2. Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium;
- feses, urine, darah lengkap
- pemeriksaan albumin.
- Hitung leukosit, trombosit
- Hitung glukosa darah.



III DIAGNOSA KEPERAWATAN.
A. Pada Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg per 3 hari.

Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )

Rasional:
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.






2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu orang lain.

Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.

Rasional :
a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.

Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan orang lain.


3. Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh
Tujuan :
a. Mencegah komplikasi

Intervensi :
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b. Menjaga personal hygiene pasien
c. Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk kesehatan.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

Rasional :
a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan tubuh.
b. Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan pasien.
c. Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral.

Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.


B. Pada marasmus.
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan pasien tidak mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari , rambut tidak kusam, penderita mau makan.

Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan.
d. Memberi makanan TKTP
e. Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f. Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )

Rasional :
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi pasien.
e. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral



Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.

2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit normal, bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus, nadi normal.

Intervensi :
a. mengukur tanda vital pasien.
b. Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c. Mengukur input dan output tiap 6 jam.
d. Memberikan cairan lewat parenteral

Rasional :
a. Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
b. Alternative penggantian cairan secara cepat.
c. Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien.
d. Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui parenteral.

Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit normal, mokusa bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal.






3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu orang lain.

Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b. Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah posisi.
d. Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan ringan.

Rasional :
a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas pasien.
d. Sebagai support mental bagi pasien.

Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.





DAFTAR PUSTAKA :

Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.

Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri.

Kamis, 19 Maret 2009

FREKWENSI SIARAN TV


NAMA SIARAN DAN FREWEKSI SERTA SIMBOL RATE

NAMA SIARAN

FREKWENSI

SIMBOL RATE

POLARITI

SATELIT

RCTI

03773

06519

Horizontal

Palapa

TPI

04184

06700

Vertical

Palapa

INDOSIAR

04047

06500

Vertical

Palapa

ANTEVE

04054

06510

Vertical

Palapa

GLOBAL TV

04080

28125

Vertical

Palapa

SCTV

03937

06620

Horizontal

Palapa

SCTV BARU

03757

04470

Horizontal

Palapa

TVRI

03768

05555

Vertical

Palapa

TVONE

04054

05630

Horizontal

Palapa






TV 7

03991

05999

Horizontal

Telkom

Trans TV

04065

06000

Horizontal

Telkom

TELKOMVISION

03622

27998

Horizontal

Tekom

JTV

04098

03124

horizontal

Telkom